BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
pembahasan makalah ini memusatkan tentang Peradaban Pulau Kreta. Pembahasan ini
di latar belakangi oleh adanya peradaban-peradaban kuno yang ada di dunia. Oleh
karena itu, dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan terhadap
pembaca secara riil. Yunani merupakan peradaban yang maju. Tidak bisa dipungkiri, Yunani adalah
negara yang banyak memberikan sumbangan besar bagi kemajuan manusia dewasa ini.
Sumbangan Yunani yang besar itu
terwujud dalam berbagai bidang, mulai dari bidangpengetahuan, kesenian,
arsitektur, sistem pemerintahan, sampai pada bidangagama. Oleh karena itu,
pantaslah jika peradaban Yunani disebut-sebut sebagaiPeradaban Tertinggi di
Masa Lalu.
Sejarah Eropa Kuno berawal dari kehidupan masyarakat
Pulau Kreta yang terletak di sebelah selatan Yunani dengan pusat
pemerintahannya di Knossus. Selain Knossus masih ada kota-kota besar yang lain
yaitu Phaestos, Tylissos, Hanos. Letak Pulau Kreta sangat strategis yakni di
tengah-tengah jalur pelayaran antara Mesir, Yunani dan Mesopotamia. Keadaan
tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Pulau Kreta untuk hidup dari sektor
pelayaran dan perdagangan. Selain itu Pulau Kreta juga menjadi jembatan budaya
antara Asia, Afrika dan Eropa. Selain itu karena letaknya yang strategis tidak
tertutup kemungkinan Pulau Kreta menjadi incaran bangsa lain untuk menaklukkan
dan menguasainya. Masyarakat Pulau Kreta juga mengenal seni Lukis Fresko, seni
porselin/gerabah, seni pahat pada gading atau media yang lain dan seni
kerajinan logam. Karya seni ini juga menghasilkan peralatan rumah tangga
misalnya alat pertukangan, sepatu, pengecoran logam dan lain-lain.Selain itu,
mereka juga telah mengenal bentuk tulisan yang disebut tulisan Minos. Nama
Minos berasal dari nama seorang raja besar di Pulau Kreta, bahkan kebudayaan
Pulau Kreta akhirnya disebut kebudayaan Minoa. Walaupun telah ditemukan
peninggalan tulisan namun sampai sekarang belum berhasil dibaca sehingga
sejarah Pulau Kreta belum dapat diungkap secara jelas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gerak
Sejarah menurut Arnold Joseph Toynbee
Arnold Joseph Toynbee lahir di
London, Inggris pada tanggal 14 April tahun 1889. Ia merupakan seorang
sejarawan besar penulis buku monumental yang mengulas tentang peradaban
manusia, A Study of History sejumlah 12 jilid. Ia menamatkan studinya di
Winchester College dan Baliol College di Oxford Inggris serta di British
Archaeological School di Athena Yunani. Ia memulai karir sebagai pengajar di
Balliol pada tahun 1912, kemudian menjadi pengajar di King’s College London,
menjadi Profesor sejarah Modern Yunani dan Binzantium, menjadi guru besar
sejarah internasional di Universitas London pada 1925-1946, serta pada London
School Economics dan di Royal Institute of International Affairs (RIIA)
di Chatam House. Kemudian ia menjadi pemimpin dari RIIA pada tahun 1925-1955.
Ia bekerja pada departemen Ilmu Pengetahuan di Departemen Luar Negeri Inggris
dan pada saat perang dunia pertama berlangsung dan kemudian menjadi delegasi
pada Paris Peace Conference pada tahun 1919 dan pada 1946 menjadi
delegasi untuk acara yang sama. Bersama dengan asisten penelitinya, Veronica M.
Boulter, ia menjadi co-editor Survey of International Affairs
yang diadakan RIIA. Pada saat perang dunia kedua, dia kembali bekerja di
departemen luar negeri dan menjadi pembicara pada seminar tentang perdamaian.
Mengenai kehidupan pribadinya, ia
pernah menikah dengan Rosalind Murray, putri dari Gilbert Murray dan dikaruniai
tiga orang putera. Namun mereka bercerai, dan kemudian Toynbee menikah dengan
Veronica M. Boulter (asisten penelitinya) pada tahun 1946. Toynbee meninggal
pada 22 Oktober 1975.
Pandangan
Toynbee tentang gerak sejarah adalah bahwa dalam sejarah tidak terdapat suatu
hukum tertentu yang menguasai dan mengatur timbul-tenggelamnya
kebudayaan-kebudayaan dengan pasti. Toynbee menganjurkan bahwa sejarah harus
dipelajari secara holistik. Mempelajari sejarah tidak dapat dipisah-pisahkan
antara bagian-bagian yang ada di dalamnya. Mempelajari sejarah harus
mempelajari suatu masyarakat secara keseluruhan, masyarakat secara utuh sebagai
satu kesatuan unit dari proses sejarah.
2.1.1
Teori
Gerak Sejarah Menurut Arnold J. Toynbee
Pemikiran Toynbee tentang peradaban adalah bahwa peradaban
selalu mengikuti alur mulai dari kemunculan sampai kehancuran. Teori Toynbee
ini senada dengan hukum siklus. Artinya ada kelahiran, pertumbuhan, kematian,
kemudian disusul dengan kelahiran lagi, dan seterusnya. Pemikiran Toynbee ini senada
dengan teori yang berkembang di Yunani pada masa pra-Socrates. Pemikiran
tersebut juga senada dengan teori gerak sejarah menurut beberapa tokoh lain.
Ibnu Khaldun, Vico, Spengler, P. A. Sorokin serta Toynbee dipandang sebagai
tokoh gerak siklus sejarah, meskipun harus diakui bahwa di antara mereka
terdapat perbedaan mengenai rinciannya. Misalnya saja antara Toynbee dengan
Spengler. Toynbee menolak paham deterministik Spengler yang menggambarkan bahwa
peradaban timbul dan tenggelam sebagai sebuah siklus yang mengikuti kehendak
alam. Menurut Spengler kehancuran adalah layaknya organisme yang pasti terjadi
dan tidak bisa ditahan. Sedangkan menurut Toynbee kehancuran bisa ditahan.
Dengan penggantian segala norma-norma kebudayaan dengan norma-norma Ketuhanan,
menurutnya itu merupakan upaya untuk menahan kehancuran/keruntuhan
kebudayaan/peradaban. Ia juga menyatakan bahwa dengan penggantian itu,
tampaklah pula tujuan gerak sejarah, yakni kehidupan ketuhanan, atau dengan
bahasan yang lebih konkret adalah Kerajaan Allah (Civitas Dei).
Menurut
Toynbee gerak sejarah melalui tingkatan-tingkatan seperti berikut:
- Genesis of civilization (lahirnya peradaban)
- Growth of civilization (perkembangan peradaban)
- Decline of civilization (keruntuhan peradaban)
Keruntuhan
kebudayaan berlangsung dalam tiga fase, yakni:
- Breakdown of civilizations (kemerosotan peradaban)
- Desintegration of civilizations (perkembangan peradaban)
- Dissolution of civilizations (hilang dan lenyapnya peradaban).
2.1.2.
Konsep Peradaban Menurut Arnold J.
Toynbee
Toynbee menggambarkan sejarah
peradaban manusia merupakan suatu lingkaran perubahan yang berkepanjangan
lahir, tumbuh, pecah dan hancur. Dalam proses perputaran itu sebuah peradaban
tidak selalu berakhir dengan kemusnahan total. Terdapat kemungkinan bahwa
proses itu berulang, meskipun dengan corak yang tidak sepenuhnya sama dengan
peradaban yang mendahuluinya. Toynbee menyatakan bahwa peradaban-peradaban baru
yang menggantikannya itu dapat mencapai prestasi melebihi peradaban yang
digantikannya. Lebih lanjut lagi bagi Toynbee peradaban adalah suatu rangkaian
siklus kehancuran dan pertumbuhan, tetapi setiap peradaban baru yang kemudian
muncul dapat belajar dari kesalahan-kesalahan dan meminjam kebudayaan dari
tempat lain. Dengan demikian, memungkinkan setiap siklus baru memunculkan tahap
pencapaian yang lebih tinggi.
Peradaban bagi Toynbee bermula
ketika manusia mampu menjawab tantangan lingkungan fisik yang keras kemudian
berhasil juga dalam menjawab tantangan lingkungan sosial. Pertumbuhan terjadi tidak
hanya ketika tantangan tertentu berhasil diatasi, tetapi juga karena mampu
menjawab lagi tantangan berikutnya. Kriteria pertumbuhan itu tidak diukur dari
kemampuan manusia mengendalikan lingkungan fisik (misalnya melalui teknologi),
atau pengendalian lingkungan sosial (misalnya melalui penaklukan), melainkan
diukur dari segi peningkatan kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia,
yakni semangat yang kuat untuk mengatasi rintangan-rintangan eksternal. Dengan
kata lain, kekuatan yang mendorong pertumbuhan itu bersifat internal dan
spiritual.
2.2 Letak
Geografis Pulau Kreta
Pulau Kreta terletak dipersimpangan jalan pelayaran
antara Mesir dan Yunani, serta antara daerah-daerah Italia dan Punisia.
Masyarakat pulau Kreta adalah Masyarakat maritim dengan kehidupan pokok
berdagang dan berlayar dilaut tengah. Masyarakat pulau Kreta telah mengenal
bentuk tulisan yang disebut dengan tulisan Minos. Nama minis berasal dari dari
nama seorang Raja besar dari kerajaan ini, yaitu Raja Minos. Namun, tulisan
Minos ampai sekarang belum berhasil dibaca sehingga sejarah kerajaan pulau
Kreta belum terungkap dengan jelas. Kepercayaan masyarakat Kreta bersifat
Polytheisme dan memuja kekuatan-kekuatan alam. Dewa tidak berfungsi seagai
pencipta malapetaka, tetapi berfungsi sebagai pelindung dan pemberi berkah.
Pada abad ke-15 SM, kerajaan pulau Kreta mengalami keruntuhan karena mundurnya
perdagangan, lepasnya daerah-daerah koloni, akibat bencana alam. Akan tetapi,
sejak abad ke-15 SM (1500 SM) terjadi invasi dan gelombang penyerbuan bangsa-
bangsa Indo-Jerman dari asia tengah memasuki daerah semenanjung Yunani dan
akhirnya merebut Pulau Kreta. (Dian : 2011)
Yunani
mempunyai garis pantai terpanjang ke-11 di dunia, sepanjang 13.676 km
(8,498 mil), dengan banyak kepulauan (sekitar 1.400, di mana 227 dihuni),
termasuk pulau Kreta (Crete), the Dodecanese, the Cyclades, dan
kepulauan Ionia. Delapan puluh persen tanah Yunani terdiri dari pegunungan.
Gunung tertinggi adalah Mount Olympus 2.917 m (9.570 kaki).
2.3 Peradaban
Pulau Kreta (2600 SM - 1500 SM)
Sebelum membahas mengenai peradaban Yunani, ada baiknya kita
membahas peradaban yang muncul di Pulau Kreta
terlebih dahulu. Kreta
adalah pulau terbesar di Yunani, yang terletak di selatan Yunani. Peradaban
Pulau Kreta ini disebut-sebut merupakan cikal-bakal dari peradaban Yunani.
Peradaban Pulau Kreta ini sendiri muncul sekitar tahun 3000-1400 SM. Letak
Pulau Kreta sangat strategis yakni di tengah-tengah jalur pelayaran antara
Mesir, Yunani dan Mesopotamia. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat
Pulau Kreta untuk hidup dari sektor pelayaran dan perdagangan. Selain itu Pulau
Kreta juga menjadi jembatan budaya antara Asia, Afrika dan Eropa.
Sejarah Pulau Kreta dapat diketahui dari Karya Sastra
berupa legenda dan mitologi karangan penyair Homerus yang berjudulIlliad
danOdysseia. Homerus menceritakan Pulau Kreta yang indah permai, memiliki tidak
kurang dari 90 kota. Uraian tersebut diperkuat oleh Sir Arthur Evans dari
Inggris yang pertama kali melakukan penggalian pada tahun 1878 M. Dengan
penggalian tersebut ditemukan bukti-bukti arkeologi mengenai kejayaan Pulau
Kreta di masa yang lalu.
Kegiatan pelayaran dan perdagangan telah menyebabkan tingkat kemakmuran yang tinggi bagi masyarakat Pulau Kreta. Kota-kota pusat perdagangan seperti Knossus dan Phaestos telah tertata dengan baik. Bangunan gedung pada umumnya terbuat dari batu bata serta ada bangunan yang bertingkat. Di Knossus ditemukan reruntuhan istana Knossus yang berbentuk labyrinth (rumah siput).Labyrint h berasal dari kataLabrys yang berarti “mudah tersesat”. Bangunan istana didesain demikian agar seseorang yang masuk akan mudah tersesat karena susunan kamar-kamar, ruangan dan lorongnya ruwet untuk menghalangi para penjahat yang masuk istana dan ingin menjarah kekayaan istana. Istana Knossus telah menjadi salah satu atraksi pariwisata sekaligus situs arkeologis di Yunani yang dibuka untuk umum. Sebenarnya, selain Knossus, masih ada kota-kota yang terbilang besar dan memegang peranan cukup penting dalam perkembangan peradaban Yunani Kuno, yaitu Phaestos, Tylissos, Hanos.
2.4 Kehidupan
di Pulau Kreta
Kehidupan
yang pertama diketahui adalah di Pulau Kreta yang dihuni oleh orang-orang
Minran dengan pemerintahan Minos. Selama 100 tahun, kehidupan di Pulau Kreta
telah meletakkan dasar-dasar Yunani. Ada dua kota Legendaris yang ada di Pulau
Kreta yakni Knosus dan Paestos. Peninggalan berupa makam, bekas benteng, dan
alat-alat kehidupan yang lain. Hal tersebut tercantum dalam prasasti yang ada
di makam raja-raja. Minran datang dari Balkan kemudian melalui Laut Hitam, lalu
ke selatan menuju Pulau Kreta. Ada juga yang menuju Pheloponesos, yakni
menamakan diri mereka Arkhadia. Selain itu, ada juga yang dari Balkan ke
selatan dan menundukkan pemerintahan Minos. Kemudian mereka membuka kota baru
bernama Mycenae. ( Diana Trisnawati : 2011 )
2.5 Hasil
Peradaban Pulau Kreta
1. Budaya
1. Budaya
Kebudayaan
Minoa berbeda dari orang-orang Yunani kuno setelahnya. Bangsa Minoa merupakan
pelopor dalam bidang eksplorasi kelautan, dan mereka mendirikan beberapa koloni
di daratan utama Yunani dan pulau-pulau Aigea lainnya, misalnya Akrotiri di
Thera. Budaya Minoa juga ikut mempengaruhi budaya Mikenai.
2. Agama
Lompat banten adalah suatu ritual keagamaan di
Kreta.
Sebagian
besar infomasi mengenai agama Minoa diketahui dari tradisi lisan yang baru
ditulis setelah Mikenai menaklukan Minoa. Dari catatan ini, para sejarawan percaya
bahwa agama Minoa didasarkan pada agama orang-orang Neolitikum yang digantikan
oleh bangsa Minoa. Agama mereka berpusat pada dewi Potnia, namun mereka tetap
memuja banyak dewi. Banteng adalah keramat untuk bangsa Minoa. Ada suatu ritual
keagamaan yang unik, yaitu lompat banteng. Di Kuil Minoa di Knossos, ada
labirin yang terkenal. Simbol keagamaan lainnya adalah ular, labris (kapak
bermata dua), matahari, dan pohon. Ada pula bukti bahwa bangsa Minoa melakukan
pengorbanan manusia.
3. Seni
Tembikar dari Knossos.
Bangsa Minoa
terkenal atas kemampuan seni mereka. Penggalian telah menunjukkan adanya
lukisan dinding, patung, dan tembikar. Tembikar adalah bentuk seni yang dominan
pada bangsa Minoa sejak kedatangan Mereka di Kreta hingga periode Istana Baru, ketika
akhirnya ditemukan teknologi tembikar untuk standardisasi desain. Lukisan
dinding kemudian bangkit sebagai seni utama, dan sangat berfokus pada tema-tema
natural dan keagamaan. Banteng dan ular banyak muncul dalam karya seni orang
Minoa. Namun, tidak ditemukan adanya lukisan dinding mengenai dewa. Masyarakat
Pulau Kreta juga mengenal seni LukisFresko, seni porselin/gerabah, seni pahat
pada gading atau media yang lain dan seni kerajinan logam. Karya seni ini juga
menghasilkan peralatan rumah tangga misalnya alat pertukangan, sepatu,
pengecoran logam dan lain-lain. Selain itu, peradaban Pulau Kreta juga
meninggalkan kemampuan maritim dan kemampuan menempa besi pada rakyatnya. Fresco
adalah teknik melukis di dinding dengan menimpakan pigmen pada plaster dinding
yang baru dilapisi. Fresko berasal dari frase Italia buon fresco yang berarti
"selagi basah". Pigmen yang ditimpakan di atas plaster basah akan
melekat sangat kuat sehingga hasil karya bisa dinikmati berpuluh tahun. Adonan
ini harus dibuat dengan takaran yang tepat, sebab bila terlalu basah akan
menyebabkan timbulnya jamur, dan bila terlalu kering akan menyebabkan pigmen
tidak bisa tertempel kuat.
4. Arsitektur
Bangsa Minoa juga merupakan
pionir untuk berbagai metode arsitektur. Kota-kota mereka diaspal dengan batu,
dan dilengkapi selokan serta saluran air. Pembangunan istana-istana pertama
menandai berakhirnya periode pra-istana. Istana adalah pusat pemerintahan. Di
istana, lusinan komunitas dapat berkumpul di bawah satu otoritas politik yang
terpusat. Istana juga digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil panen yang
berlebih, dan tempat altar para dewi.
5. Ekonomi
Ekonomi Minoa
sangat bervariasi. Beberapa bahan pangan didapat dari pertanian, contohnya
gandum, anggur, zaitun, dan ara. Mereka juga berternak domba, kambing, dan
babi. Selain itu, lebah juga diternakkan untuk menghasilkan madu, selain juga
keledai dan lembu untuk membajak ladang. Bangsa Minoa juga melakukan perdangan
dengan daerah-daerah di sekitarnya. Komoditas utama mereka adalah timah, yang
sangat diperlukan karena perunggu dihasilkan dari campuran timah dan tembaga.
Wilayah perdagangan Minoa mencapai Mespotamia, Mesir, dan Spayol. Seiring
munculnya besi yang menggantikan perunggu, perdagangan Minoa pun runtuh.
6. Bahasa
Peradaban Minoa memiliki beberapa bahasa tertulis. Pada masa pra-Istana, aksara hieroglif primitif digunakan, namun hanya sampai 1700 SM. Setelah itu berkembanglah sistem tulisan Linear A pada periode Istana purba, dan terus digunakan pada masa Istana baru. Linear A memiliki banyak simbol, masing-masing melambangkan suku kata, kata, atau angka. Setelah penaklukan Mikenai, linear A digantikan oleh Linear B. Hingga kini Linear A belum dapat diterjemahkan.
2.6 Hancurnya
Pulau Kreta
Kebudayaan Kreta (Crete) ini hancur akibat suatu bencana
ledakan gunung api yang maha dasyat dan
satu kali gelombang Tsunami hebat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pulau
Crete hanya terpisah sejauh 60 mil dari pulau Thera, dan 3600 tahun lalu gunung
berapi di pulau Thera mengalami letusan dasyat, debu dan asap yang disemburkan
akibat ledakan tersebut diperkirakan sebanyak ribuan ton menyebar hingga ke
pulau Greenland, Tiongkok dan Amerika Utara akibat diterbangkan angin.
Masa akhir kejayaan Pulau Kreta tak dapat digambarkan
secara pasti. Menurut dugaan para ahli ada kemungkinan karena bencana alam.
Sekitar abad 15 S.M gunung Thera yang letaknya 100 km. diutara Pulau Kreta
meletus dan memuntahkan larva dan abu yang menutupi angkasa, menghalangi aktifitas
kehidupan serta mematikan pelbagai tumbuh-tumbuhan. Selain bencana alam, diduga
ada invasi bangsa pendatang yang berasal dari ras Indo Jerman dari Asia Tengah
yang bergerak ke Yunani kemudian ke pulau Kreta.Selain dari letaknya peradaban
Pulau Kreta tidak tertutup kemungkinan mendapat pengaruh dari Mesir dan
Mesopotamia karena hubungan perdagangan dan pelayaran seperti telah Anda baca
pada uraian di atas. Setelah runtuh kebudayaan Pulau Kreta berkembang di
daratan Yunani mula-mula berada di kota Mycena (salah satu daerah kekuasaan
pemerintahan Pulau Kreta sebelumnya.) Itulah sebabnya Pulau Kreta disebut
sebagai jembatan budaya Asia, Afrika dan Eropa.
Kebudayaan Kreta (Crete, Kritti) merupakan salah satu
peradaban yang sempat berjaya, hingga pada masa Raja Minos (periode
Minoan),kejayaan bangsa ini mencapai puncak-nya. Pada waktu itu Raja Minos
me-nguasai Laut Aegean, hingga Swedia, sehingga mampu menyatukan segenap
dataran Eropa, Asia, dan Afrika. Kerajaan Minos telah memanfaatkan letak
geografisnya yang strategis, mengembangkan bidang pelayarannya dan memperkuat
armada lautnya, armada ini merupakan angkatan laut yang pertama ada di dunia.
Kehebatan armada maritim Minos telah berhasil membuat kerajaan ini membina
hubungan dagang yang baik dengan Mesir, Syria, Babylon, Asia Kecil, dan lain –
lain, bahkan menjadi negara yang menguasai lautan, berbagai kepulauan di Laut
Aegean ramai – ramai membina hubungan de-ngan pertukaran duta negara, Swedia
bahkan menyetor upeti pada Minos. Namun pada akhirnya bangsa ini hancur karena
bencana alam.
Pada tahun 1967, arkeolog Amerika berhasil menggali
sebuah kota perdagangan di bawah lapisan abu gunung berapi di pulau Santorini
setebal 60 meter. Setelah diteliti, kota ini terkubur disana pada tahun 1500 SM
oleh abu akibat ledakan gunung berapi. Mungkin letusan itu merupakan letusan
gunung berapi paling dasyat sepanjang sejarah manusia, luas area yang ditutup
oleh debu hasil letusan itu mencapai 62,5 km persegi, kota di atas pulau
tersebut tertimbun hanya dalam sekejap mata oleh abu yang sedemikian tebal itu,
sekaligus juga membawa pengaruh besar terhadap pesisir Laut Tengah dan
kepulauan sekitarnya. Berdasarkan catatan, Mesir pada waktu itu diselimuti oleh
kegelap-an sepanjang hari selama 3 hari berturut – turut. Selain itu ledakan
tersebut juga mengakibatkan terjadinya gelombang Tsunami, dengan ombak yang
mencapai 50 meter tingginya, gelombang maha dasyat tersebut telah
menenggelamkan seluruh kota dan desa di atas Pulau Crete, termasuk juga Kerajaan
Minoa pun lenyap seketika. Hal ini harusnya dapat dijadikan pelajaran bagi kita. Selain bencana alam, faktor lain adalah
invasi bangsa pendatang yang berasal dari ras Indo Jerman di Asia Tengah yang
bergerak ke Yunani kemudian ke pulau Kreta. ( Sri Astuti : 2010 )
BAB III
KESIMPULAN
Masyarakat pulau Kreta telah mengenal bentuk
tulisan yang disebut dengan tulisan Minos. Nama minis berasal dari dari nama
seorang Raja besar dari kerajaan ini, yaitu Raja Minos. Namun, tulisan Minos sampai sekarang belum berhasil dibaca sehingga
sejarah kerajaan pulau Kreta belum terungkap dengan jelas. Kepercayaan
masyarakat Kreta bersifat Polytheisme dan memuja kekuatan-kekuatan alam. Kreta
adalah pulau terbesar di Yunani, yang terletak di selatan Yunani. Peradaban
Pulau Kreta ini disebut-sebut merupakan cikal-bakal dari peradaban Yunani.
Peradaban Pulau Kreta ini sendiri muncul sekitar tahun 3000-1400 SM. Letak
Pulau Kreta sangat strategis yakni di tengah-tengah jalur pelayaran antara
Mesir, Yunani dan Mesopotamia. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat
Pulau Kreta untuk hidup dari sektor pelayaran dan perdagangan. Selain itu Pulau
Kreta juga menjadi jembatan budaya antara Asia, Afrika dan Eropa.
Hal yang paling menarik perhatian dari penemuan tersebut
adalah lempengan–lempengan terbuat dari tanah liat yang berukir abjad, salah
satu di antaranya bertuliskan : “Swedia telah mempersembahkan 7 orang wanita,
anak lelaki dan perempuan masing– masing satu orang.” Di luar dugaan, para
arkeolog pun berhasil menemukan tumpukan tulang manusia yang jumlahnya mencapai
200 potong lebih, yang merupakan tulang tengkorak anak yang berusia antara 10–15
tahun, yang masih meninggalkan bekas dibunuh dengan benda tajam. Setelah itu
para arkeolog juga menemukan sebuah biara pemujaan. Dalam temuan itu terbukti
bahwa penduduk Crete telah melakukan pemujaan dengan mengorbankan
manusia
hidup. Hal ini harusnya dapat dijadikan pelajaran bagi kita. Selain bencana alam, faktor lain adalah
invasi bangsa pendatang yang berasal dari ras Indo Jerman di Asia Tengah yang
bergerak ke Yunani kemudian ke pulau Kreta.
DAFTAR PUSTAKA
Dian, 2012 ; Peradaban Yunani Kuno
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2012/11/peradaban-yunani-kuno.html, Diakses,10 Juni 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani, di akses 10 Juni 2013
Sriastuti, 2010 ; Peradaban Pulau Kreta
http://www.scribd.com/doc/2010/10/PERADABAN-PULAU-KRETA, di akses 10 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar