Senin, 17 Juni 2013

Peradaban Pulau Kreta



BAB I
PENDAHULUAN


Dalam pembahasan makalah ini memusatkan tentang Peradaban Pulau Kreta. Pembahasan ini di latar belakangi oleh adanya peradaban-peradaban kuno yang ada di dunia. Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan terhadap pembaca secara riil. Yunani merupakan peradaban yang maju. Tidak bisa dipungkiri, Yunani adalah negara yang banyak memberikan sumbangan besar bagi kemajuan manusia dewasa ini. Sumbangan Yunani yang besar itu terwujud dalam berbagai bidang, mulai dari bidangpengetahuan, kesenian, arsitektur, sistem pemerintahan, sampai pada bidangagama. Oleh karena itu, pantaslah jika peradaban Yunani disebut-sebut sebagaiPeradaban Tertinggi di Masa Lalu.
Sejarah Eropa Kuno berawal dari kehidupan masyarakat Pulau Kreta yang terletak di sebelah selatan Yunani dengan pusat pemerintahannya di Knossus. Selain Knossus masih ada kota-kota besar yang lain yaitu Phaestos, Tylissos, Hanos. Letak Pulau Kreta sangat strategis yakni di tengah-tengah jalur pelayaran antara Mesir, Yunani dan Mesopotamia. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Pulau Kreta untuk hidup dari sektor pelayaran dan perdagangan. Selain itu Pulau Kreta juga menjadi jembatan budaya antara Asia, Afrika dan Eropa. Selain itu karena letaknya yang strategis tidak tertutup kemungkinan Pulau Kreta menjadi incaran bangsa lain untuk menaklukkan dan menguasainya. Masyarakat Pulau Kreta juga mengenal seni Lukis Fresko, seni porselin/gerabah, seni pahat pada gading atau media yang lain dan seni kerajinan logam. Karya seni ini juga menghasilkan peralatan rumah tangga misalnya alat pertukangan, sepatu, pengecoran logam dan lain-lain.Selain itu, mereka juga telah mengenal bentuk tulisan yang disebut tulisan Minos. Nama Minos berasal dari nama seorang raja besar di Pulau Kreta, bahkan kebudayaan Pulau Kreta akhirnya disebut kebudayaan Minoa. Walaupun telah ditemukan peninggalan tulisan namun sampai sekarang belum berhasil dibaca sehingga sejarah Pulau Kreta belum dapat diungkap secara jelas.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Gerak Sejarah menurut Arnold Joseph Toynbee
   
Arnold Joseph Toynbee lahir di London, Inggris pada tanggal 14 April tahun 1889. Ia merupakan seorang sejarawan besar penulis buku monumental yang mengulas tentang peradaban manusia, A Study of History sejumlah 12 jilid. Ia menamatkan studinya di Winchester College dan Baliol College di Oxford Inggris serta di British Archaeological School di Athena Yunani. Ia memulai karir sebagai pengajar di Balliol pada tahun 1912, kemudian menjadi pengajar di King’s College London, menjadi Profesor sejarah Modern Yunani dan Binzantium, menjadi guru besar sejarah internasional di Universitas London pada 1925-1946, serta pada London School Economics dan di Royal Institute of International Affairs (RIIA) di Chatam House. Kemudian ia menjadi pemimpin dari RIIA pada tahun 1925-1955. Ia bekerja pada departemen Ilmu Pengetahuan di Departemen Luar Negeri Inggris dan pada saat perang dunia pertama berlangsung dan kemudian menjadi delegasi pada Paris Peace Conference pada tahun 1919 dan pada 1946 menjadi delegasi untuk acara yang sama. Bersama dengan asisten penelitinya, Veronica M. Boulter, ia menjadi co-editor Survey of International Affairs yang diadakan RIIA. Pada saat perang dunia kedua, dia kembali bekerja di departemen luar negeri dan menjadi pembicara pada seminar tentang perdamaian. 
Mengenai kehidupan pribadinya, ia pernah menikah dengan Rosalind Murray, putri dari Gilbert Murray dan dikaruniai tiga orang putera. Namun mereka bercerai, dan kemudian Toynbee menikah dengan Veronica M. Boulter (asisten penelitinya) pada tahun 1946. Toynbee meninggal pada 22 Oktober 1975.
Pandangan Toynbee tentang gerak sejarah adalah bahwa dalam sejarah tidak terdapat suatu hukum tertentu yang menguasai dan mengatur timbul-tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan dengan pasti. Toynbee menganjurkan bahwa sejarah harus dipelajari secara holistik. Mempelajari sejarah tidak dapat dipisah-pisahkan antara bagian-bagian yang ada di dalamnya. Mempelajari sejarah harus mempelajari suatu masyarakat secara keseluruhan, masyarakat secara utuh sebagai satu kesatuan unit dari proses sejarah.

2.1.1      Teori Gerak Sejarah Menurut Arnold J. Toynbee
Pemikiran Toynbee tentang peradaban adalah bahwa peradaban selalu mengikuti alur mulai dari kemunculan sampai kehancuran. Teori Toynbee ini senada dengan hukum siklus. Artinya ada kelahiran, pertumbuhan, kematian, kemudian disusul dengan kelahiran lagi, dan seterusnya. Pemikiran Toynbee ini senada dengan teori yang berkembang di Yunani pada masa pra-Socrates. Pemikiran tersebut juga senada dengan teori gerak sejarah menurut beberapa tokoh lain. Ibnu Khaldun, Vico, Spengler, P. A. Sorokin serta Toynbee dipandang sebagai tokoh gerak siklus sejarah, meskipun harus diakui bahwa di antara mereka terdapat perbedaan mengenai rinciannya. Misalnya saja antara Toynbee dengan Spengler. Toynbee menolak paham deterministik Spengler yang menggambarkan bahwa peradaban timbul dan tenggelam sebagai sebuah siklus yang mengikuti kehendak alam. Menurut Spengler kehancuran adalah layaknya organisme yang pasti terjadi dan tidak bisa ditahan. Sedangkan menurut Toynbee kehancuran bisa ditahan. Dengan penggantian segala norma-norma kebudayaan dengan norma-norma Ketuhanan, menurutnya itu merupakan upaya untuk menahan kehancuran/keruntuhan kebudayaan/peradaban. Ia juga menyatakan bahwa dengan penggantian itu, tampaklah pula tujuan gerak sejarah, yakni kehidupan ketuhanan, atau dengan bahasan yang lebih konkret adalah Kerajaan Allah (Civitas Dei).
Menurut Toynbee gerak sejarah melalui tingkatan-tingkatan seperti berikut:
  1. Genesis of civilization (lahirnya peradaban)
  2. Growth of civilization (perkembangan peradaban)
  3. Decline of civilization (keruntuhan peradaban)
Keruntuhan kebudayaan berlangsung dalam tiga fase, yakni:
  1. Breakdown of civilizations (kemerosotan peradaban)
  2. Desintegration of civilizations (perkembangan peradaban)
  3. Dissolution of civilizations (hilang dan lenyapnya peradaban).
2.1.2.       Konsep Peradaban Menurut Arnold J. Toynbee
Toynbee menggambarkan sejarah peradaban manusia merupakan suatu lingkaran perubahan yang berkepanjangan lahir, tumbuh, pecah dan hancur. Dalam proses perputaran itu sebuah peradaban tidak selalu berakhir dengan kemusnahan total. Terdapat kemungkinan bahwa proses itu berulang, meskipun dengan corak yang tidak sepenuhnya sama dengan peradaban yang mendahuluinya. Toynbee menyatakan bahwa peradaban-peradaban baru yang menggantikannya itu dapat mencapai prestasi melebihi peradaban yang digantikannya. Lebih lanjut lagi bagi Toynbee peradaban adalah suatu rangkaian siklus kehancuran dan pertumbuhan, tetapi setiap peradaban baru yang kemudian muncul dapat belajar dari kesalahan-kesalahan dan meminjam kebudayaan dari tempat lain. Dengan demikian, memungkinkan setiap siklus baru memunculkan tahap pencapaian yang lebih tinggi. 
Peradaban bagi Toynbee bermula ketika manusia mampu menjawab tantangan lingkungan fisik yang keras kemudian berhasil juga dalam menjawab tantangan lingkungan sosial. Pertumbuhan terjadi tidak hanya ketika tantangan tertentu berhasil diatasi, tetapi juga karena mampu menjawab lagi tantangan berikutnya. Kriteria pertumbuhan itu tidak diukur dari kemampuan manusia mengendalikan lingkungan fisik (misalnya melalui teknologi), atau pengendalian lingkungan sosial (misalnya melalui penaklukan), melainkan diukur dari segi peningkatan kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia, yakni semangat yang kuat untuk mengatasi rintangan-rintangan eksternal. Dengan kata lain, kekuatan yang mendorong pertumbuhan itu bersifat internal dan spiritual.
2.2     Letak Geografis Pulau Kreta
Pulau Kreta terletak dipersimpangan jalan pelayaran antara Mesir dan Yunani, serta antara daerah-daerah Italia dan Punisia. Masyarakat pulau Kreta adalah Masyarakat maritim dengan kehidupan pokok berdagang dan berlayar dilaut tengah. Masyarakat pulau Kreta telah mengenal bentuk tulisan yang disebut dengan tulisan Minos. Nama minis berasal dari dari nama seorang Raja besar dari kerajaan ini, yaitu Raja Minos. Namun, tulisan Minos ampai sekarang belum berhasil dibaca sehingga sejarah kerajaan pulau Kreta belum terungkap dengan jelas. Kepercayaan masyarakat Kreta bersifat Polytheisme dan memuja kekuatan-kekuatan alam. Dewa tidak berfungsi seagai pencipta malapetaka, tetapi berfungsi sebagai pelindung dan pemberi berkah. Pada abad ke-15 SM, kerajaan pulau Kreta mengalami keruntuhan karena mundurnya perdagangan, lepasnya daerah-daerah koloni, akibat bencana alam. Akan tetapi, sejak abad ke-15 SM (1500 SM) terjadi invasi dan gelombang penyerbuan bangsa- bangsa Indo-Jerman dari asia tengah memasuki daerah semenanjung Yunani dan akhirnya merebut Pulau Kreta. (Dian : 2011)

Yunani mempunyai garis pantai terpanjang ke-11 di dunia, sepanjang 13.676 km (8,498 mil), dengan banyak kepulauan (sekitar 1.400, di mana 227 dihuni), termasuk pulau Kreta (Crete), the Dodecanese, the Cyclades, dan kepulauan Ionia. Delapan puluh persen tanah Yunani terdiri dari pegunungan. Gunung tertinggi adalah Mount Olympus 2.917 m (9.570 kaki).
2.3    Peradaban Pulau Kreta (2600 SM - 1500 SM)
Sebelum membahas mengenai peradaban Yunani, ada baiknya kita membahas peradaban yang muncul di Pulau Kreta terlebih dahulu. Kreta adalah pulau terbesar di Yunani, yang terletak di selatan Yunani. Peradaban Pulau Kreta ini disebut-sebut merupakan cikal-bakal dari peradaban Yunani. Peradaban Pulau Kreta ini sendiri muncul sekitar tahun 3000-1400 SM. Letak Pulau Kreta sangat strategis yakni di tengah-tengah jalur pelayaran antara Mesir, Yunani dan Mesopotamia. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Pulau Kreta untuk hidup dari sektor pelayaran dan perdagangan. Selain itu Pulau Kreta juga menjadi jembatan budaya antara Asia, Afrika dan Eropa. 
Sejarah Pulau Kreta dapat diketahui dari Karya Sastra berupa legenda dan mitologi karangan penyair Homerus yang berjudulIlliad danOdysseia. Homerus menceritakan Pulau Kreta yang indah permai, memiliki tidak kurang dari 90 kota. Uraian tersebut diperkuat oleh Sir Arthur Evans dari Inggris yang pertama kali melakukan penggalian pada tahun 1878 M. Dengan penggalian tersebut ditemukan bukti-bukti arkeologi mengenai kejayaan Pulau Kreta di masa yang lalu. 

Kegiatan pelayaran dan perdagangan telah menyebabkan tingkat kemakmuran yang tinggi bagi masyarakat Pulau Kreta. Kota-kota pusat perdagangan seperti Knossus dan Phaestos telah tertata dengan baik. Bangunan gedung pada umumnya terbuat dari batu bata serta ada bangunan yang bertingkat. Di Knossus ditemukan reruntuhan istana Knossus yang berbentuk labyrinth (rumah siput).Labyrint h berasal dari kataLabrys yang berarti “mudah tersesat”. Bangunan istana didesain demikian agar seseorang yang masuk akan mudah tersesat karena susunan kamar-kamar, ruangan dan lorongnya ruwet untuk menghalangi para penjahat yang masuk istana dan ingin menjarah kekayaan istana. Istana Knossus telah menjadi salah satu atraksi pariwisata sekaligus situs arkeologis di Yunani yang dibuka untuk umum. Sebenarnya, selain Knossus, masih ada kota-kota yang terbilang besar dan memegang peranan cukup penting dalam perkembangan peradaban Yunani Kuno, yaitu Phaestos, Tylissos, Hanos.
2.4    Kehidupan di Pulau Kreta
Kehidupan yang pertama diketahui adalah di Pulau Kreta yang dihuni oleh orang-orang Minran dengan pemerintahan Minos. Selama 100 tahun, kehidupan di Pulau Kreta telah meletakkan dasar-dasar Yunani. Ada dua kota Legendaris yang ada di Pulau Kreta yakni Knosus dan Paestos. Peninggalan berupa makam, bekas benteng, dan alat-alat kehidupan yang lain. Hal tersebut tercantum dalam prasasti yang ada di makam raja-raja. Minran datang dari Balkan kemudian melalui Laut Hitam, lalu ke selatan menuju Pulau Kreta. Ada juga yang menuju Pheloponesos, yakni menamakan diri mereka Arkhadia. Selain itu, ada juga yang dari Balkan ke selatan dan menundukkan pemerintahan Minos. Kemudian mereka membuka kota baru bernama Mycenae. ( Diana Trisnawati : 2011 )

2.5   Hasil Peradaban Pulau Kreta

 1.     Budaya
 
Kebudayaan Minoa berbeda dari orang-orang Yunani kuno setelahnya. Bangsa Minoa merupakan pelopor dalam bidang eksplorasi kelautan, dan mereka mendirikan beberapa koloni di daratan utama Yunani dan pulau-pulau Aigea lainnya, misalnya Akrotiri di Thera. Budaya Minoa juga ikut mempengaruhi budaya Mikenai.

2.     Agama

 

 Lompat banten adalah suatu ritual keagamaan di Kreta.
Sebagian besar infomasi mengenai agama Minoa diketahui dari tradisi lisan yang baru ditulis setelah Mikenai menaklukan Minoa. Dari catatan ini, para sejarawan percaya bahwa agama Minoa didasarkan pada agama orang-orang Neolitikum yang digantikan oleh bangsa Minoa. Agama mereka berpusat pada dewi Potnia, namun mereka tetap memuja banyak dewi. Banteng adalah keramat untuk bangsa Minoa. Ada suatu ritual keagamaan yang unik, yaitu lompat banteng. Di Kuil Minoa di Knossos, ada labirin yang terkenal. Simbol keagamaan lainnya adalah ular, labris (kapak bermata dua), matahari, dan pohon. Ada pula bukti bahwa bangsa Minoa melakukan pengorbanan manusia.

3.      Seni

 

 

Tembikar dari Knossos.
Bangsa Minoa terkenal atas kemampuan seni mereka. Penggalian telah menunjukkan adanya lukisan dinding, patung, dan tembikar. Tembikar adalah bentuk seni yang dominan pada bangsa Minoa sejak kedatangan Mereka di Kreta hingga periode Istana Baru, ketika akhirnya ditemukan teknologi tembikar untuk standardisasi desain. Lukisan dinding kemudian bangkit sebagai seni utama, dan sangat berfokus pada tema-tema natural dan keagamaan. Banteng dan ular banyak muncul dalam karya seni orang Minoa. Namun, tidak ditemukan adanya lukisan dinding mengenai dewa. Masyarakat Pulau Kreta juga mengenal seni LukisFresko, seni porselin/gerabah, seni pahat pada gading atau media yang lain dan seni kerajinan logam. Karya seni ini juga menghasilkan peralatan rumah tangga misalnya alat pertukangan, sepatu, pengecoran logam dan lain-lain. Selain itu, peradaban Pulau Kreta juga meninggalkan kemampuan maritim dan kemampuan menempa besi pada rakyatnya. Fresco adalah teknik melukis di dinding dengan menimpakan pigmen pada plaster dinding yang baru dilapisi. Fresko berasal dari frase Italia buon fresco yang berarti "selagi basah". Pigmen yang ditimpakan di atas plaster basah akan melekat sangat kuat sehingga hasil karya bisa dinikmati berpuluh tahun. Adonan ini harus dibuat dengan takaran yang tepat, sebab bila terlalu basah akan menyebabkan timbulnya jamur, dan bila terlalu kering akan menyebabkan pigmen tidak bisa tertempel kuat.

4.      Arsitektur

Bangsa Minoa juga merupakan pionir untuk berbagai metode arsitektur. Kota-kota mereka diaspal dengan batu, dan dilengkapi selokan serta saluran air. Pembangunan istana-istana pertama menandai berakhirnya periode pra-istana. Istana adalah pusat pemerintahan. Di istana, lusinan komunitas dapat berkumpul di bawah satu otoritas politik yang terpusat. Istana juga digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil panen yang berlebih, dan tempat altar para dewi.

5.      Ekonomi

Ekonomi Minoa sangat bervariasi. Beberapa bahan pangan didapat dari pertanian, contohnya gandum, anggur, zaitun, dan ara. Mereka juga berternak domba, kambing, dan babi. Selain itu, lebah juga diternakkan untuk menghasilkan madu, selain juga keledai dan lembu untuk membajak ladang. Bangsa Minoa juga melakukan perdangan dengan daerah-daerah di sekitarnya. Komoditas utama mereka adalah timah, yang sangat diperlukan karena perunggu dihasilkan dari campuran timah dan tembaga. Wilayah perdagangan Minoa mencapai Mespotamia, Mesir, dan Spayol. Seiring munculnya besi yang menggantikan perunggu, perdagangan Minoa pun runtuh.

6.      Bahasa


Peradaban Minoa memiliki beberapa bahasa tertulis. Pada masa pra-Istana, aksara hieroglif primitif digunakan, namun hanya sampai 1700 SM. Setelah itu berkembanglah sistem tulisan Linear A pada periode Istana purba, dan terus digunakan pada masa Istana baru. Linear A memiliki banyak simbol, masing-masing melambangkan suku kata, kata, atau angka. Setelah penaklukan Mikenai, linear A digantikan oleh Linear B. Hingga kini Linear A belum dapat diterjemahkan.

2.6     Hancurnya Pulau Kreta
Kebudayaan Kreta (Crete) ini hancur akibat suatu bencana ledakan gunung api yang maha   dasyat dan satu kali gelombang Tsunami hebat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pulau Crete hanya terpisah sejauh 60 mil dari pulau Thera, dan 3600 tahun lalu gunung berapi di pulau Thera mengalami letusan dasyat, debu dan asap yang disemburkan akibat ledakan tersebut diperkirakan sebanyak ribuan ton menyebar hingga ke pulau Greenland, Tiongkok dan Amerika Utara akibat diterbangkan angin. 
Masa akhir kejayaan Pulau Kreta tak dapat digambarkan secara pasti. Menurut dugaan para ahli ada kemungkinan karena bencana alam. Sekitar abad 15 S.M gunung Thera yang letaknya 100 km. diutara Pulau Kreta meletus dan memuntahkan larva dan abu yang menutupi angkasa, menghalangi aktifitas kehidupan serta mematikan pelbagai tumbuh-tumbuhan. Selain bencana alam, diduga ada invasi bangsa pendatang yang berasal dari ras Indo Jerman dari Asia Tengah yang bergerak ke Yunani kemudian ke pulau Kreta.Selain dari letaknya peradaban Pulau Kreta tidak tertutup kemungkinan mendapat pengaruh dari Mesir dan Mesopotamia karena hubungan perdagangan dan pelayaran seperti telah Anda baca pada uraian di atas. Setelah runtuh kebudayaan Pulau Kreta berkembang di daratan Yunani mula-mula berada di kota Mycena (salah satu daerah kekuasaan pemerintahan Pulau Kreta sebelumnya.) Itulah sebabnya Pulau Kreta disebut sebagai jembatan budaya Asia, Afrika dan Eropa.
Kebudayaan Kreta (Crete, Kritti) merupakan salah satu peradaban yang sempat berjaya, hingga pada masa Raja Minos (periode Minoan),kejayaan bangsa ini mencapai puncak-nya. Pada waktu itu Raja Minos me-nguasai Laut Aegean, hingga Swedia, sehingga mampu menyatukan segenap dataran Eropa, Asia, dan Afrika. Kerajaan Minos telah memanfaatkan letak geografisnya yang strategis, mengembangkan bidang pelayarannya dan memperkuat armada lautnya, armada ini merupakan angkatan laut yang pertama ada di dunia. Kehebatan armada maritim Minos telah berhasil membuat kerajaan ini membina hubungan dagang yang baik dengan Mesir, Syria, Babylon, Asia Kecil, dan lain – lain, bahkan menjadi negara yang menguasai lautan, berbagai kepulauan di Laut Aegean ramai – ramai membina hubungan de-ngan pertukaran duta negara, Swedia bahkan menyetor upeti pada Minos. Namun pada akhirnya bangsa ini hancur karena bencana alam.
Pada tahun 1967, arkeolog Amerika berhasil menggali sebuah kota perdagangan di bawah lapisan abu gunung berapi di pulau Santorini setebal 60 meter. Setelah diteliti, kota ini terkubur disana pada tahun 1500 SM oleh abu akibat ledakan gunung berapi. Mungkin letusan itu merupakan letusan gunung berapi paling dasyat sepanjang sejarah manusia, luas area yang ditutup oleh debu hasil letusan itu mencapai 62,5 km persegi, kota di atas pulau tersebut tertimbun hanya dalam sekejap mata oleh abu yang sedemikian tebal itu, sekaligus juga membawa pengaruh besar terhadap pesisir Laut Tengah dan kepulauan sekitarnya. Berdasarkan catatan, Mesir pada waktu itu diselimuti oleh kegelap-an sepanjang hari selama 3 hari berturut – turut. Selain itu ledakan tersebut juga mengakibatkan terjadinya gelombang Tsunami, dengan ombak yang mencapai 50 meter tingginya, gelombang maha dasyat tersebut telah menenggelamkan seluruh kota dan desa di atas Pulau Crete, termasuk juga Kerajaan Minoa pun lenyap seketika. Hal ini harusnya dapat dijadikan pelajaran bagi kita. Selain bencana alam, faktor lain adalah invasi bangsa pendatang yang berasal dari ras Indo Jerman di Asia Tengah yang bergerak ke Yunani kemudian ke pulau Kreta. ( Sri Astuti : 2010 )


BAB III
KESIMPULAN

Masyarakat pulau Kreta telah mengenal bentuk tulisan yang disebut dengan tulisan Minos. Nama minis berasal dari dari nama seorang Raja besar dari kerajaan ini, yaitu Raja Minos. Namun, tulisan Minos sampai sekarang belum berhasil dibaca sehingga sejarah kerajaan pulau Kreta belum terungkap dengan jelas. Kepercayaan masyarakat Kreta bersifat Polytheisme dan memuja kekuatan-kekuatan alam. Kreta adalah pulau terbesar di Yunani, yang terletak di selatan Yunani. Peradaban Pulau Kreta ini disebut-sebut merupakan cikal-bakal dari peradaban Yunani. Peradaban Pulau Kreta ini sendiri muncul sekitar tahun 3000-1400 SM. Letak Pulau Kreta sangat strategis yakni di tengah-tengah jalur pelayaran antara Mesir, Yunani dan Mesopotamia. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Pulau Kreta untuk hidup dari sektor pelayaran dan perdagangan. Selain itu Pulau Kreta juga menjadi jembatan budaya antara Asia, Afrika dan Eropa.
Hal yang paling menarik perhatian dari penemuan tersebut adalah lempengan–lempengan terbuat dari tanah liat yang berukir abjad, salah satu di antaranya bertuliskan : “Swedia telah mempersembahkan 7 orang wanita, anak lelaki dan perempuan masing– masing satu orang.” Di luar dugaan, para arkeolog pun berhasil menemukan tumpukan tulang manusia yang jumlahnya mencapai 200 potong lebih, yang merupakan tulang tengkorak anak yang berusia antara 10–15 tahun, yang masih meninggalkan bekas dibunuh dengan benda tajam. Setelah itu para arkeolog juga menemukan sebuah biara pemujaan. Dalam temuan itu terbukti bahwa penduduk Crete telah melakukan pemujaan dengan mengorbankan
manusia hidup. Hal ini harusnya dapat dijadikan pelajaran bagi kita. Selain bencana alam, faktor lain adalah invasi bangsa pendatang yang berasal dari ras Indo Jerman di Asia Tengah yang bergerak ke Yunani kemudian ke pulau Kreta.


DAFTAR PUSTAKA


Dian, 2012 ; Peradaban Yunani Kuno
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2012/11/peradaban-yunani-kuno.html, Diakses,10 Juni 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani, di akses 10 Juni 2013
Sriastuti, 2010 ; Peradaban Pulau Kreta
http://www.scribd.com/doc/2010/10/PERADABAN-PULAU-KRETA, di akses 10 Juni 2013





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar